Kamis, 12 Juli 2012


MASIH PERLUKAH MENWA?

Kampus sebagai tempat menimba ilmu bagi para pemuda kalangan terpelajar. Saat ini telah muncul trend bahwa kampus bukan hanya tempat untuk mengembangkan potensi dalam bidang akademik (hard skill) namun juga dalam bentuk keterampilan (soft skill). Dalam menunjang hal tersebut, umumnya kampus memiliki unit kegiatan tambahan (ekstrakulikuler) yang ditujukan untuk mengembangkan sisi keterampilan pada mahasiswa-mahasiswanya. Salah satu dari unit kegiatan mahasiswa tersebut adalah Resimen Mahasiswa (Menwa).
Menwa yang telah berdiri sejak tahun 1959, yang pada awal pembentukannya ditujukan untuk menjadi bala bantuan cadangan Negara dalam keadaan perang, setelah TNI. Namun, saat ini telah bertransformasi menjadi sebuah unit kegiatan mahasiswa yang berada di bawah naungan universitas.
Menwa yang memiliki semboyan “Widya Castrena Dharma Siddha” yang berarti penyempurnaan pengabdian dengan ilmu pengetahuan dan ilmu keprajuritan. Menwa bisa dikatakan semimiliter, mengadopsi nilai-nilai dalam militer yang sesuai dalam menjalankan kegiatannya seperti kedisiplinan, komando, tanggung jawab. Tetapi anggota Menwa sendiri tidak bisa disamakan dengan tentara, anggota Menwa tetap hanya mahasiswa yang harus menngutamakan kepentingan akademiknya. Nilai-nilai dalam militer inilah yang digunakan untuk menunjang kegiatan akademik di kampus, sekaligus menumbuhkan rasa cinta pada bangsa dan tanah air pada dirinya
Dapat diartikan bahwa kegiatan Menwa masih sangat relevan untuk zaman sekarang ini. Mahasiswa yang memiliki kemampuan intelektual yang tinggi ditunjang dengan jiwa cinta bangsa dan tanah air, tentu dapat membuat suatu perubahan pada Inonesia ke arah lebih baik di masa depan. Hal ini yang seharusnya dimiliki oleh seluruh pemuda-pemudi Indonesia pada saat ini, yang salah satu caranya dapat diikuti dengan menjadi anggota Menwa. 

Pembentukan Resimen Mahasiswa pada tahun 1965 dilatarbelakangi oleh keinginan para pemuda untuk berkontribusi bagi Bangsa Indonesia. Tahun 1962, Indonesia memiliki misi membebaskan Irian Barat disamping adanya konflik dengan Malaysia. Lalu apa yang bisa para pemuda lakukan? Menwa menjawab itu.
Menwa saat ini
Prinsip Resimen Mahasiswa adalah Widya Castrena Dharma Siddha (Penyempurnaan Pengabdian dengan Ilmu Pengetahuan dan Ilmu Keprajuritan). Ilmu keprajuritan (militeris) bukan hanya melulu tentang bela diri, push-up, sit-up, dan kegiatan fisik lainnya. Tak bisa dipungkiri pengkaderan anggota dengan cara militer masih menjadi pilihan yang terbaik. Kenapa? Nilai-nilai seperti rasa setia kawan, bagaimana mematuhi perintah, bagaimana memimpin dan memberi perintah ditanamkan secara kuat disini. Sikap respect, disiplin, dan mental yang kuat pun merupakan output yang secara otomatis terbentuk. Pertanyaannya, apakah sikap-sikap di atas sudah tidak dibutuhkan lagi?
Mengutip dari brosur publikasi Menwa ITB yang selalu diedarkan tiap tahun:
“Mahasiswa berdemo melawan tirani adalah mustahil dilakukan tanpa taktik, strategi, dan semangat militansi tinggi. Manajemen, kewaspadaan, kekompakan, kedisiplinan, penggalangan, hingga pendudukan dan penguasaan adalah bagian dari ilmu kemiliteran. Jadi, apa yang salah dari kemiliteran? Permasalahannya hanyalah siapa dan bagaimana kualitas moral pelaku militeris.”

Perlu diakui, belum semua satuan Resimen Mahasiswa menerapkan prinsip-prinsip militerisme dengan benar, kami juga prihatin dengan itu. Salah satu solusinya adalah kejelasan payung hukum untuk Resimen Mahasiswa di Indonesia secara komperhensif agar pola pembinaan menwa secara keseluruhan dapat dipertanggungjawabkan dengan jelas. Bukan dengan jalan dibubarkan!

M. Reda G. PangestuKasie Teritorial Batalyon I/ITBNBP.0990.08.43141

Mira Permata Sari
Kepala Sekretariat Batalyon I/ITB
NBP.0990.08.43139